QUR'ANIC STUDIES HADITH STUDIES GENERAL KNOWLEDGE
ISLAMIC NEWS GENERAL NEWS SCHOLARSHIP NEWS
HAPPY STORY SAD STORY CERPEN
MY PROFILE MY VILLAGE YOGYAKARTA
> cellspacing="0" width="
600" style="border-collapse:collapse" cellpadding="" height="28">

bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://ISI URL WEB ATAU BLOG.com/'" align="center">Halaman Depan
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Siapa Putra ?

Hacking
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Blogging
komputer
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Seputar Internet

Minggu, 10 Januari 2010

Kisah Sedih di Hari Minggu

Kisah sedih di Hari Minggu
Tepat seusai pengajian ahad pagi seperti biasanya, aku kembali ke kamar indahku di pondok pesantren tampat aku bernaung sekarang. Tak kusangka dan tak ku duga, sebuah sms ternyata mampir di hape nokia tipe 2600 milikku. Aku lihat sms tersebut, ternyata pesan singkat itu dari some who special bagiku. Seorang yang berada jauh dari dari tanah tempat aku berdiri sekarang. Awalnya aku gembira, mengingat termasuk jarang juga kita menjalin komunikasi, apalagi dia yang mengirim sms duluan. Namun, kegembiraanku sirna begitu saja ketika aku pahami untaian kata yang terukir dalam layar hapeku.
“Antara suka dan cinta??? Ehm, orang jogja emang cakep-cakep dan lembut-lembut. Selain itu juga, ramah-ramah dan pinter-pinter. Cowok dan cewek mana yang nggak jatuh cinta sama orang sana”. Kira-kira seperti itulah sekelumit kata yang ia kirim. Aku tidak bisa menjamin redaksi katanya 100 % sama, sebab sms yang ada di inbox sudah aku hapus semua. Semua terjadi akibat kesedihan yang tak kunjng reda kala itu.
Aku berpikir, “dari mana dia tahu kata-kata itu? katanya dia tak punya FB, tetapi kok bisa tahu”. Rasa sedih, bingung, dan susah menghampiri diriku ketika itu. Bagai anjing kehilangan induk, mungkin itulah peribahasa yang pantas dilabelkan untukku kala itu. Rasa salah plus menyesal berterbangan dalam otak kecilku ini. Brain kanan maupun kiriku tak mampu menjawab kegelisahan ini secara perfect.
Sebagai seorang Face booker, aku memang sering menulis rasa yang aku alami dalam salah satu situs di internet tersebut. Dua minggu lalu kira-kira, aku masih ingat bahwa aku update status. Kala itu, aku tulis sebuah perasaan yang menghujani hatiku. “antara suka dan cinta”, itulah kumpulan huruf yang aku jejerkan di FB. Aku yakin, kata itu akan jadi multiinterpretation, sebab pemahaman manusia pastilah berbeda dalam menginterpretasikannya. Tanpa didukung oleh pengetahuan “asbab al-Wurub” dari statusku itu, bisa jadi missunderstanding lah yang terjadi.
Kini, status itu pun jadi boomerang bagiku. Perasaan yang membuat aku agak kacau di sini mampu dia tebak. Dia memang hebat, tapi setelah tak pikir-pikir seorang yang paling mengerti aku pastilah tahu apa “maqashid” yang terkandung dalam teks yang aku tulis. Selain itu, diriku juga menyadari Face Book bukanlah milik personal. Akan tetapi ia merupakan produk yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Jadi sangat mungkin ukiran kataku itu dibaca temannya, lantas diberitahukan padanya.
Setelah itu, aku pun balas sms darinya. Aku tulis “dari mana peyan tahu???”. Lantas aku tunggu balasan darinya, tapi tak kunjung hadir dalam hape kecilku. Perasaan bingung plus linglung makin menjadi-jadi dalam hati sanubari ini. Jadwal olahraga di Alkid pun yang menjadi time schedule mingguan akhirnya agak ngaret juga.
Aku tunggu lama banget, tapi masih tak muncul-muncul balasan juga. Lalu aku putuskan mandi dulu, mengingat olahraga di Alkid termasuk aktifitas yang tak bisa ditinggalkan. Hape nokia ku letakkan begitu saja di atas rak buku sembari bersiap menerima sms balasan yang sangat aku harapkan saat itu.
Seusai mandi, inbox hape masih belum terisi short message service tambahan. Kekacauan hatiku semakin menjadi-jadi. Tak pelak, senyuman dari raut mukaku tak muncul sama sekali. Aku turun tangga bagaikan budak yang tidak diberi makan majikannya selama 40 hari. Hanya kelesuan lah yang tampak dari goresan wajahku.
Dengan berbekal kesedihan, aku pun hendak berangkat ke Alkid. Aku pun ke belakang pondok untuk mencari sepeda onthel kesayangan yang setia mendampingi diriku kemana saja aku pergi. Waktu di parkiran onthel, ku putuskan untuk menghubungi dirinya. Dua kali nyambung dan dua kali itu pun dia matikan. Kegundahanku semakin bergejolak. Namun aku coba tenangkan dan pergi ke alun-alun kidul, tempat masyarakat keraton dan sekitarnya biasa berolahraga.
Setelah aku kayuh sepeda, sampailah diriku di Benteng. Aku tidak mengetahui namanya secara konkret. Biasanya teman-temanku menyebutnya sebagai benteng saja dan aku mengiyakannya. Di benteng ini, aku putuskan menghubungi dirinya lagi. Sinyal pun menyambungkan hapeku dengan hapenya, tetapi yang membuat hatiku semakin resah adalah ternyata dia masih tak mengangkat hapenya.
Setelah merenung agak lama di atas benteng, aku coba menghubunginya lagi dan alhamdulillah ada yang bicara. Namun yang membuat hatiku bertanya-tanya adalah ternyata yang berbicara bukanlah dirinya, akan tetapi temannya. Aku coba minta sambungkan dengan dirinya, namun temannya bilang bahwa dia sedang mandi. Aku tahu, temannya hanya berbohong semata. Aku memohon lagi supaya disambungkan dengan yang punya hape, tapi temannya masih ngotot bilang dia sedang mandi. Aku agak marah akhirnya ku matikan hape dalam genggaman tanganku itu.
Untuk mengatasi kegelisahan ini, akhirnya aku putuskan olahraga sejenak di Alkid. Dari mulai bersepeda, lari-lari kecil sampai menggunakan alat olahraga ringan pun aku lakukan. Ditambah dengan keberadaan temanku juga di Alkid paling tidak sedikit mengatasi kegundahanku ini. Sehabis olahraga, tentunya capek plus lapar menghujang perutku ini. Makan di warung “si Mbok” menjadi agenda selanjutnya.
Usai mengisi perut, aku kembali ke pondok. Di kamar, aku coba hubungi dia lagi dan tersambungkan. Namun lagi-lagi hanya temannya yang mengangkat. Aku tanya dimana yang punya hape, temannya malah menjawab bahwa mereka tukar-tukaran hape. Aneh memang, kenapa bisa tukar-tukaran hape, tapi aku berspekulasi kalau dia memang sengaja menukar hape dengan temannya supaya aku tidak mampu menghubunginya hari itu. Temannya itu menambahi, bahwa ia (temannya) sedang berada di luar jadi tidak bisa memberikannya langsung pada dirinya.
Aku memohon supaya temannya itu memberikan hape pada yang punya dan alhamdulillah disanggupi. Temannya balik ke asrama dan mengirim pesan buatku “aku sudah nyampe, tapi dia sedang maem. Coba sekarang ditelpon aja”. Aku tunggu sekitar tiga menitan agar dia selesai makan. Tombol hape aku pencet-pencet menandakan keinginan kuatku untuk bisa berbicara dengan dirinya.
Hal yang aku nanti-nantikan kesampaian juga. Dia mau juga berbicara denganku, tetapi ternyata dia belum selesai makan lantas aku biarkan dia makan dulu. Di tutup telponnya dan aku tunggu beberapa menit hingga ku pencet tombol hapeku lagi. Telpon pun nyambung, awalnya aku bingung, apa yang aku katakan in the first, tapi akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya terjadi pada diriku disini. Aku katakan bahwa aku di sini memang punya seorang teman dekat cewek yang sering juga aku smsan dengan dirinya. Kita sering candaan, ketawaan lewat sms, sekaligus saling curhatan. Curhat kita biasanya berkutat pada materi perkuliahan, kekurangan pribadi, dan juga masalah belahan hati masing-masing. Akan tetapi dari curhat-curhatan ini ternyata muncul juga virus merah jambu itu. Aku sering agak grogi ketika harus berbicara langsung dengan teman smsku itu. Begitu pula ketika teman-teman kelasku “moyaki” diriku. Namun aku sadar, temanku tak akan ada respon padaku, sebab dia sudah punya soulmate. Begitu pula diriku yang punya belahan hati walaupun berada agak jauh di sana. Aku juga bilang bahwa aku tidak ada hubungan lebih dari itu dengan temanku tersebut. Untuk menghilangkan rasa di sini, aku kirim sms atau menelpon pada pujaan hatiku yang berada jauh di sana demi tetap menjaga komitmen ini. Kadangkala juga aku ukirkan perasaan hatiku di dalam dunia maya, Face Book. Selain itu, aku katakan pula bahwa diriku sudah mencoba menghilangkan rasa yang sempat membingungkan pikiranku ini dengan jarang smsan dengan temanku lagi. Semua pengakuan itu aku haturkan padanya secara agak vulgar.
Aku bertanya bagaimana menurut dia tentang hal ini dan tentunya aku meminta maaf atas ketidakkomitmenanku ini. Dia menjawab bahwa dia dulu-dulu sudah bilang kalau dia memperbolehkan aku di sini untuk dekat sama siapa saja, baik cowok maupun cewek. Dia juga menambahi, hal tersebut diungkapkan karena memang sangat sulit menjalin hubungan yang long distance seperti ini. Aku juga memberikan kebebasan seperti itu juga pada dirinya, sebab tidak mungkin seorang yang belajar di perguruan tinggi apalagi berada jauh dariku akan aku kurung agar tidak dekat dengan anak cowok.
Selain itu, aku juga bertanya apa yang terjadi dengan ketika berada di tempat nan jauh di sana. Dia bercerita bahwa sebenarnya dia juga punya teman dekat cowok juga di sana. Dia mengatakan temannya itu bukanlah anak beasiswa seperti dirinya, akan tetapi anak bahasa, organisasi yang digelutinya sekarang. Dulu, tuturnya, sempat muncul “rasa” pada temannya itu. Namun dia menegaskan bahwa itu dulu dan sekarang sudah tidak lagi. Disamping itu, kita juga banyak berbicara masalah hubungan kita beserta kelanjutannya.
The last, akhirnya kita sepakat untuk mengakhiri komitmen yang sudah terjalin selama dua tahunan ini. Meskipun air mata meleleh dari aku dan dia, tetapi demi kebaikan bersama hal itu haruslah tetap dilakukan. Kita juga sepakat untuk masih menjaga ukhuwah bila bertemu. Namun hal itu tidak akan mudah, sebab kenangan indah kami sudah terukir dengan kuatnya di hati masing-masing. But, kita akan mencoba untuk menjalaninya.
Mungkin itulah sekelumit kisahku. Mohon maaf bila terjadi kesalahan periwayatan, sebab riwayat ini ditransformasikan secara “bil ma’na” dan bukan “bil lafdzi”. Terakhir dariku, mudah-mudahan kita menemukan jodoh yang terbaik bagi masing-masing. Amin.
Ahad, 10 Januari 2010
D’ Bent
Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!
Original From : http://m-wali.blogspot.com/2011/12/cara-pasang-iklan-di-samping-kiri-blog.html#ixzz1eavJZnQj