QUR'ANIC STUDIES HADITH STUDIES GENERAL KNOWLEDGE
ISLAMIC NEWS GENERAL NEWS SCHOLARSHIP NEWS
HAPPY STORY SAD STORY CERPEN
MY PROFILE MY VILLAGE YOGYAKARTA
> cellspacing="0" width="
600" style="border-collapse:collapse" cellpadding="" height="28">

bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://ISI URL WEB ATAU BLOG.com/'" align="center">Halaman Depan
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Siapa Putra ?

Hacking
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Blogging
komputer
bgcolor="#73A4E7" onclick="javascript:location.href='http://blogputra.com/'" align="center">
Seputar Internet

Selasa, 07 Desember 2010

“Adakah Pengumpulan al-Qur’an Pada Era Abu Bakar?”

Mayoritas umat Islam meyakini bahwa pengumpulan al-Qur’an pertama kali dilakukan oleh Abu Bakar atas inisiatif Umar. Alasan pengumpulan ini berkutat pada banyaknya huffadz yang meninggal dalam perang Yamamah. Disebutkan dalam satu riwayat Bukhari bahwa korban berjumlah 70 orang.
Pada awalnya, Abu Bakar tidak menerima usulan Umar, tetapi setelah memberikan penjelasan, maka terbukalah hati Abu Bakar dan menerima usul untuk mengumpulkan al-Qur’an tersebut. Abu Bakar lantas menyuruh Zaid bin Sabit untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an. Setali tiga uang dengan Abu Bakar, sebenarnya Zaid sempat menolak, tetapi setelah melalui tahapan sharing, maka Zaid pun menerima perintah itu. Setelah itu, ia mengumpulkan al-Qur’an dari pelepah kurma, bebatuan, dan kulit binatang. Dalam proses penerimaan ayat al-Qur’an, dia hanya akan menerimanya jika disaksikan oleh dua saksi. Serta diceritakan pula bahwa akhir surat al-Taubah hanya didapatkan dari Abu Khuzaimah al-Anshary. Dari informasi tersebut, banyak intelektual muslim menyebutkan orang yang pertama kali mengumpulkan al-Qur’an adalah Abu Bakar, Sebut saja, al-Lais bin Sa’ad yang disebutkan oleh Ibnu Asytah dalam kitab Masahifnya dan Ibnu Syihab dalam kitab Maghazi Musa bin Uqbah.
Namun informasi tidak lantas sunyi dari perdebatan, sebab sebagian ahli sejarah ragu pada peristiwa yang dikisahkan dalam hadis shahih tersebut. Apakah peristiwa itu benar-benar terjadi ataukah hanya rekaan ulama-ulama belakangan. Mereka meragukan alasan pengumpulan itu adalah karena banyaknya penghafal yang gugur dalam perang Yamamah, sebab setelah diteliti ternyata sebagian besar yang meninggal dalam perang tersebut adalah orang yang baru masuk Islam dan hanya satu dua saja yang terbukti hafidz. Dalam sebuah versi riwayat lain disebutkan, Abu Bakar tidak menyetujui gagasan Umar dan oleh karena itu, pengumpulan al-Qur’an sejatinya dilakukan oleh Umar secara personal. Dalam riwayat lain disebutkan, Ibnu Baridah mengatakan bahwa orang yang pertama kali mengumpulkan al-Qur’an adalah Salim maula Abu Hudzaifah. Namun, al-Suyuthi mengatakan bahwa maksudnya adalah dia merupakan salah satu orang yang diperintah Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Qur’an.
Disebutkan oleh Luthfie al-Syaukani bahwa kisah pengumpulan al-Qur’an memang banyak diragukan oleh para sarjana. Bukan hanya karena terjadi kesimpangsiuran menyangkut kisah seputar upaya ini, tapi juga karena kita tidak mempunyai bukti adanya mushaf-mushaf lengkap Pra-Usmani. Oleh sebab itu, dia berpendapat bahwa pengumpulan al-Qur’an, baik oleh Abu Bakar maupun Umar – jika benar-benar ada --, maka hal itu adalah “Pengumpulan sementara” dalam rangka menyelamatkan ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan. Kenyataan bahwa ada upaya serius dari khalifah ketiga, Usman bin Affan, untuk melakukan kodifikasi resmi menunjukkan bahwa mushaf-mushaf yang ada sebelumnya tidak bisa terlalu diandalkan sebagai “kitab suci yang utuh”.
Menurut asumsi penulis, wilayah sejarah memang niscaya akan menuai perbedaan antara satu narasumber dengan narasumber lainnya. Akan tetapi paling tidak kita menelaah kembali sumber yang dijadikan referensi, apakah ia “sehat” atau dalam artian shahih ataukah ia mempunyai “penyakit” atau dalam artian lemah atau bahkan mungkin palsu. Oleh sebab itu, standarisasi dalam proses penerimaan informasi haruslah dilakukan. Dalam konteks ini, cerita yang masyhur di kalangan orang Islam mengenai pengumpulan al-Qur’an pada era Abu Bakar ini lebih mempunyai kualitas yang bisa dipertanggung jawabkan. Informasi ini terekam dalam Shahih Bukhari, Sunan al-Tirmidzi, Musnad Ahmad, dan lain-lain. Sehingga menurut penulis, kisah pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar bisa diterima.
Penulis juga menambahi bahwa dimungkinkan juga ada mushaf-mushaf yang ditulis pada masa Nabi (Pra-Abu Bakar), sebab banyaknya penulis wahyu pada masa Rasulullah. Adapun penulisan yang sistematis baru dilakukan di Madinah. Al-Zanjani menyebutkan sekitar 30-an nama yang terlibat di dalamnya. Sehingga sangat memungkinkan mereka menulis mushaf bagi diri mereka pribadi. Selain itu, adanya mushaf-mushaf sahabat juga menunjukkan kemungkinan tersebut, seperti mushaf Ubay, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Abbas. Akan tetapi menurut penulis, Abu Bakar tidak serta merta mengumpulkan al-Qur’an melalui media mushaf-mushaf tersebut. Sebab sebagaimana dilansir oleh al-Suyuthi bahwa mushaf-mushaf itu kontennya tidak lengkap dan berbeda-beda, semisal Mushaf Ubay 116 atau 115 surat dan Mushaf Ibnu Mas’ud 112 surat. Selain itu, mushaf-mushaf tersebut juga merupakan mushaf pribadi kepunyaan masing-masing. Dengan demikian, manuskripnya tidak bisa diserahkan pada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!
Original From : http://m-wali.blogspot.com/2011/12/cara-pasang-iklan-di-samping-kiri-blog.html#ixzz1eavJZnQj